
Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) tidak sekadar menjadi momen peringatan jasa tokoh pendidikan, namun juga menjadi ajang refleksi terhadap arah pendidikan Indonesia ke depan.
Hal ini diungkapkan oleh Dr. Ryzal Perdana, M.Pd., dosen FKIP Universitas Lampung dalam wawancara khusus memperingati Hardiknas 2025.
Ia menekankan bahwa tujuan utama pendidikan sebagaimana dicita-citakan oleh Ki Hajar Dewantara adalah membebaskan manusia secara lahir dan batin.
Dr. Ryzal menilai pendidikan tidak cukup hanya berfokus pada capaian akademik semata. Pendidikan harus mampu membentuk karakter, mengembangkan keterampilan hidup, serta memperkuat daya saing bangsa melalui pembelajaran yang relevan, menyeluruh, dan inklusif.
Ia juga menyoroti bahwa konsep Merdeka Belajar harus dimaknai lebih luas—bukan hanya tentang kebebasan kurikulum, melainkan juga kebebasan dalam berpikir, berkembang, dan berkarya tanpa tekanan yang menghambat kreativitas.
Mengenai kondisi pendidikan saat ini, Dr. Ryzal mengapresiasi kemajuan yang terjadi, terutama dengan meningkatnya semangat dan inovasi dari para guru muda yang adaptif terhadap teknologi. Meski demikian, tantangan masih ada, terutama pada ketimpangan infrastruktur dan kesejahteraan guru yang belum merata, yang berdampak pada kualitas pendidikan.
Menanggapi Kurikulum Merdeka, ia menilai kebijakan tersebut sebagai langkah maju yang memungkinkan siswa dan guru mengeksplorasi potensi secara lebih fleksibel. Namun, ia juga mencatat masih banyak sekolah yang belum siap secara sumber daya dan pemahaman.
Ia menegaskan bahwa keberhasilan kurikulum bergantung pada dukungan nyata kepada para guru dan institusi pendidikan, bukan hanya pada desain kebijakan semata.
Sebagai penutup, Dr. Ryzal berharap Hardiknas 2025 menjadi momentum transformasi sistem pendidikan Indonesia ke arah yang lebih adil dan membebaskan, di mana siswa dapat berkembang secara utuh—baik secara intelektual, emosional, maupun sosial—dalam lingkungan yang mendukung dan tanpa diskriminasi.(Boy)